Monday, December 23, 2024

Sisa Bayang-Bayang

Sisa Bayang-Bayang

Bab 1: Malam yang Tertutup

Di sebuah desa terpencil di ujung hutan, tinggal seorang pria bernama Danu. Dia adalah seorang petani sederhana yang memiliki keluarga kecil: seorang istri bernama Wati dan dua anak, Rian yang berusia 12 tahun, dan Siti yang masih balita. Kehidupan mereka tampak damai, meskipun penuh tantangan dari alam dan ketidakpastian ekonomi.

Namun, hidup mereka berubah ketika Danu mulai merasakan hal-hal aneh yang terjadi pada dirinya. Malam hari, ia merasa tubuhnya kedinginan, seolah ada bayangan yang selalu mengintainya. Rasa lelah yang tak biasa sering menghampirinya. Ia juga mulai terbangun di tengah malam, tercekik rasa sakit yang tajam di dadanya. Pada awalnya, ia berpikir itu hanya kelelahan atau gangguan kesehatan biasa.

Suatu malam, ketika Danu tengah berjalan pulang dari sawah, ia merasa ada sesuatu yang berbeda di udara. Suasana malam itu sangat sunyi, hanya angin yang sesekali berdesir. Tiba-tiba, ia mendengar suara lembut memanggil namanya dari dalam hutan. Namun, ketika ia menoleh, tak ada seorang pun di sana. Hanya kegelapan yang menyelimuti, seolah menelan seluruh dunia.

Namun, keanehan itu belum berakhir. Semakin lama, tubuh Danu terasa semakin lemah. Ia tak bisa tidur dengan nyenyak, sering terbangun dengan mimpi buruk yang sangat mengganggu. Di dalam mimpi, ia selalu melihat seorang wanita tua yang mengenakan kain hitam, matanya kosong dan gelap, menyeret tubuhnya dengan tangan yang pucat.

Wati, istrinya, mulai khawatir dengan keadaan Danu. Ia menyadari ada perubahan yang sangat mencolok pada suaminya. Danu yang dulu selalu ceria dan penuh semangat kini lebih pendiam dan sering terhuyung lemah. Tak jarang, Wati mendengar suaminya berbicara sendiri di tengah malam, seolah berbicara dengan seseorang yang tidak terlihat.

Bab 2: Ketidakberdayaan

Pada suatu pagi yang mendung, Danu terjatuh saat hendak ke sawah. Rian yang melihatnya segera berlari menghampiri, dan dengan panik ia berteriak meminta tolong. Wati yang mendengar suara anaknya berlari keluar rumah, dan dengan bantuan Rian, ia membawa Danu ke dalam rumah. Tapi kali ini, keadaan Danu jauh lebih buruk. Badannya panas dingin, keringat dingin bercucuran, dan matanya kosong menatap ke kejauhan.

"Kenapa, Pak? Apa yang terjadi?" tanya Rian dengan wajah ketakutan.

Wati yang mencoba menenangkan anaknya, segera menutup jendela dan pintu rumah. Ia berusaha membangunkan Danu yang terkulai lemah, tetapi tampaknya Danu tak bisa merespons. Ia hanya terkulai, menggigil, dan tubuhnya semakin pucat.

Dari seorang tetangga yang sudah tua, Wati mendengar kisah yang mengejutkan. Ternyata, di desa itu ada seorang dukun yang dikenal dengan kemampuan sihirnya yang sangat kuat. Dukun itu terkenal karena bisa menyantet orang-orang yang dianggap mengganggu atau membawa sial. Ia dikenal sangat kejam dan tak segan-segan menggunakan cara-cara jahat untuk mencapai tujuannya.

Menurut cerita, Danu mungkin telah menjadi korban santet, sihir yang begitu kuat hingga menyusup ke tubuhnya. Wati, yang merasa tidak ada pilihan lain, memutuskan untuk meminta bantuan dukun yang lebih baik, yang dipercaya bisa mengusir roh jahat dan menyembuhkan Danu. Namun, mereka hanya memiliki sedikit waktu karena semakin lama, Danu semakin hilang kesadarannya.

Bab 3: Ritual yang Tak Terduga

Dengan bantuan beberapa warga desa yang mengenal ilmu pengobatan tradisional, Wati membawa Danu ke rumah seorang dukun tua yang bijaksana. Dukun itu, yang bernama Ki Yudha, mengamati tubuh Danu dengan hati-hati. Ia merasakan ada sesuatu yang ganjil, sebuah kekuatan gelap yang bersembunyi di dalam tubuh Danu.

"Ini bukan sakit biasa," kata Ki Yudha, suara penuh keheningan. "Dia sedang diserang oleh kekuatan yang sangat jahat, kekuatan yang tak terlihat. Ini adalah santet."

Wati terkejut, tetapi juga merasa lega karena akhirnya ada penjelasan untuk segala keanehan yang terjadi pada suaminya. Ki Yudha mulai melakukan ritual yang rumit untuk membersihkan tubuh Danu dari energi gelap yang merasuki tubuhnya. Dalam ritual itu, Ki Yudha mengucapkan doa-doa kuno sambil menyalakan lilin-lilin berwarna merah. Asap dari dupa melayang-layang memenuhi ruangan, dan suara-suara aneh mulai terdengar di sekitar mereka.

Tiba-tiba, tubuh Danu bergetar hebat. Matanya terbuka lebar, menatap kosong ke arah Ki Yudha. "Apa yang kalian lakukan?!" suara Danu bergema, tetapi itu bukan suara suaminya. Itu suara lain—suara yang dalam dan serak, seperti berasal dari tempat yang sangat jauh. "Dia sudah menjadi milikku!" suara itu mengancam, penuh kebencian.

Ki Yudha tidak terkejut. Ia hanya melanjutkan ritualnya dengan penuh konsentrasi. Suasana semakin menegangkan, dan seakan dunia di sekitar mereka mulai terdistorsi. Danu mulai berteriak, tubuhnya seperti terlempar ke sana-sini oleh kekuatan tak terlihat.

"Aku akan mengambilnya selamanya!" teriak suara itu lagi.

Ki Yudha semakin mempercepat mantranya, dan akhirnya, dengan sebuah teriakan keras, energi gelap yang menguasai tubuh Danu itu meledak, meninggalkan tubuhnya dalam keadaan lemah dan tak berdaya.

Baca Juga : Kebon Alas

Bab 4: Bayang-Bayang yang Tak Pernah Pergi

Setelah ritual selesai, Danu perlahan sadar, tetapi tubuhnya tetap lemah. Meskipun santet itu berhasil dikeluarkan, bayang-bayang kegelapan yang menyelimuti hidupnya tak pernah benar-benar pergi. Danu merasakan adanya sesuatu yang terus mengintainya. Ia sering melihat bayangan wanita tua berpakaian hitam di sudut-sudut rumah, atau mendengar suara langkah-langkah tak kasat mata di malam hari.

Meskipun Danu kini kembali sehat, ketenangan yang dulu ada dalam hidupnya mulai terkikis. Di malam hari, ia merasa ada sesuatu yang selalu menunggunya di balik kegelapan. Ketika ia melihat ke cermin, ia tak lagi mengenali dirinya sendiri. Seperti ada bagian dari dirinya yang hilang, yang telah diserahkan kepada kekuatan gelap itu.

Hari-hari berlalu, dan meskipun ia berusaha melupakan, bayang-bayang yang tak terlihat itu terus mengikuti. Danu tahu, santet itu mungkin telah terlepas dari tubuhnya, tetapi kegelapan itu tetap berada di dalam dirinya—seperti sisa bayang-bayang yang tak bisa dihapus.

Readmore >>

Share this

0 Comment to "Sisa Bayang-Bayang"

Post a Comment